Selasa, 17 September 2013
Inilah
Tiga Kebohongan Facebook | facebook | fb | kebohongan facebook
|Hak-hak privasi pengguna Facebook masih terus diperjuangkan oleh para
pengguna jejaring sosial terbesar itu. Sementara Facebook masih terus
berkilah dan tak mempedulikan keinginan para pengguna layanannya.
Berikut ini tiga kebohongan yang diungkapkan oleh Vice President for
Public Policy Facebook, Elliot Schrage, saat menanggapi
pertanyaan-pertanyaan hak-hak privasi konsumen, dikutip dari PC World
dan New York Times.
1. Saat ditanya kenapa Facebook tidak membuat semua
setelan privasi di Facebook sebagai 'Opt-in' alias seluruhnya 'private'
kecuali pengguna menginginkan dan mengubahnya menjadi 'public', Elliot
memberikan jawaban dan argumen yang 'memukau'. "Semuanya opt-in di
facebook. Bergabung ke Facebook adalah pilihan. Kita ingin agar
orang-orang terus menggunakan Facebook setiap hari.
Menambah informasi, mengunggah foto, memposting status baru, menyukai
sebuah laman. Semuanya Opt-in. Silakan jangan berbagi informasi, bila
Anda tidak nyaman." Padahal, saat bergabung ke Facebook, sebagian besar
data-data pengguna baru seperti biografi, interest, postingan, friend,
family, relationship, lokasi, edukasi dan banyak lagi, akan langsung
terpublikasi oleh publik, karena default setting-nya adalah 'share with
everyone'. Ini merupakan model 'Opt out', bukan 'Opt in'.
2. Saat ditanya bagaimana bila pengguna menghapus akun Facebook mereka,
Elliot mengatakan bahwa pengguna bisa melakukan penghapusan secara
permanen. "Bila Anda sudah tidak mau menggunakan Facebook lagi, Anda
bisa menghapus akun Anda. Penghapusan ini adalah permanen, dan akun
Anda tidak akan bisa diaktifkan kembali.
Saat kami memproses permintaan penghapusan akun, kami langsung
menghapus seluruh informasi yang terkait dengan akun tersebut. Message
dan postingan di dinding akan tetap, tapi teratribusi dengan pengguna
Facebook anonymous. Konten yang dulu Anda buat, tidak bisa diakses di
Facebook, dan tidak di link ke informasi pribadi Anda di manapun."
Faktanya, apa yang dikatakan Elliot tidak benar.
Saat hendak menghapus akun Facebook, pengguna tidak akan mendapatkan
tawaran opsi untuk menghapusnya secara permanen. Yang bisa Anda lakukan
cuma 'deactivate'. Tombol 'delete account' tak akan bisa dijumpai
dengan mudah. Pengguna musti pergi dulu ke Help Center dan melakukan
pencarian 'delete account' sehingga akan membawa Anda ke laman FAQ. Di
pertanyaan nomor 5 yang berbunyi "I want to permanently delete my
account. How do I delete my account?" Setelah itu, di bagian jawaban
baru ada link yang mengarahkan pengguna ke opsi penghapusan permanen.
Konfirmasi penghapusan akun Facebook
Repotnya lagi, setelah itu pengguna dipersulit lagi dengan jendela yang
meminta password lengkap dengan puzzle CAPTCHA. Sudah begitu, akun
kita juga tidak langsung terhapus, karena hanya di deaktivasi selama
dua pekan. Di sela-sela itu pun, Facebook masih mengirimi kita email
berisi link simpel untuk kembali log-on, yang akan langsung
mengembalikan akun kita dalam sekejap.
3. Kepada New York Times, Elliot mengatakan bahwa keamanan pengguna
Facebook terjaga. “Untuk sebuah layanan yang bertumbuh secara dramatis,
kami menangani lebih dari 400 juta orang untuk berbagi miliaran
kepingan konten kepada teman-teman mereka serta institusi yang mereka
perhatikan. Kami pikir, rekam jejak kami untuk masalah sekuriti dan
keamana, tidak tertandingi,” kata Elliot. Kenyataannya Facebook
mengalami beberapa masalah dalam mengamankan data pribadi pengguna
baru-baru ini.
Pekan lalu, Facebook memperkenalkan fitur 'Instant Personalization'
yakni fitur yang memungkinkan pihak ketiga untuk mengakses
informasi-informasi Facebook pengguna dan menampilkannya melalui situs
pihak ketiga itu. Untuk fitur ini, Facebook telah meluncurkan tiga
mitra mereka, yakni Yelp, Pandora, dan Microsoft Docs.com. Namun, fitur
baru itu menimbulkan celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk
mendapatkan data-data penting pengguna seperti email, username, serta
semua data-data yang di di-share kepada "everyone".
Celah itu sempat ditutup oleh Yelp, namun pada hari yang sama ditemukan
lagi celah lainnya. Akibatnya, Yelp sempat mematikan sementara fitur
Instant Personalization Facebook, untuk menemukan celah-celah baru
lainnya.
Selain itu, dua pekan lalu, para pengguna Facebook juga sempat
dikejutkan dengan peristiwa bocornya pembicaraan chat mereka dan
kebocoran data-data lain seperti daftar tunggu dan permintaan
pertemanan, serta informasi-informasi yang berpotensi berbahaya lain.
Akibat bug ini, Facebook sempat menon-aktifkan fitur chat-nya.
Menurut New York Times, perubahan kebijakan privasi Facebook memiliki
motif ekonomi. Salah satunya adalah Facebook mencari uang dengan
melakukan kustomisasi target iklan berdasarkan data-data yang muncul
pada laman Facebook seseorang.